Kamis, 05 April 2012

Makalah Kebudayaan (Sambatan Membangun Rumah)

BAB 1
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang pluralisme dengan berbagai kebudayaan.  Kebudayaan sebagai hasil budidaya manusia merupakan sesuatu yang unik untuk ditelaah dan dipelajari. Didalam kebudayaan terdapat banyak hal yang dapat digali berbagai manfaatnya. Sebagai orang Jawa yang kaya akan hasil budaya sudah seharusnya bangga terhadap kebudayaan yang dimiliki , namun apa yang terjadi, para generasi penerus pada era globalisasi ini cenderung menyukai budaya – budaya barat. Padahal apabila diteliti, langsung atau tidak langsung kebudayaan itu merupakan suatu kekayaan yang patut dilestarikan. Selain itu, masyarakat Jawa sendiri saat ini sudah jarang sekali yang melakukan tradisi yang sudah turun- temurun. Hanya beberapa saja yang masih percaya dan mengadakan tradisi tersebut, itupun hanya dilakukan oleh orang –orang terdahulu yang masih kental dengan adat Jawa. Apalagi dengan masuknya budaya barat yang tidak sedikit telah menggeser berbagai kebiasaan yang merupakan kebudayaan asli orang Jawa. Jika kebudayaan barat ini terus mempengaruhi budaya masyarakat jawa, bisa dipastikan lama kelamaan kebudayaan kita akan punah. Jika para orang tua, sesepuh saja enggan melestarikan, apalagi dengan para remaja. Hal ini menimbulkan keprihatinan  dan menarik minat penulis untuk meneliti tentang kebudayaan terutama tradisi slametan membangun rumah.





Didalam kebudayaan orang Jawa, Slametan adalah versi jawa dari apa yang barangkali merupakan upacara keagamaan yang paling umum didunia; ia melambangkan kesatuan mistis dan sosial mereka yang ikut serta didalamnya. Handai-taulan, tetangga, rekan sekerja, sanak keluarga, arwah setempat, nenek moyang yang sudah mati dan dewa-dewa yang hampir terlupakan, semuanya duduk bersama mengelilingi satu meja dan karena itu terikat kedalam suatu kelompok social tertentu yang diwajibkan untuk tolong-menolong dan bekerja sama. Slametan dapat diadakan untuk memenuhi semua hajat orang sehubungan dengan suatu kejadian yang ingin diperingati. Kelahiran, perkawinan, kematian, pindah rumah, panen, ganti nama,sakit, tetapi tuan rumah selalu takkan melupakan agar seseorang yang bisa membaca doa terdapat juga disitu(Cliffort Gertz, 1989 : 13).
Seperti yang diuraikan diatas, slametan merupakan suatu kebiasaan yang sarat akan makna seperti slametan membangun rumah. Slametan membangun rumah adalah suatu upacara yang dilakukan sebelum memasang atau menaikkan molo. Ini dilakukan agar tidak terjadi peristiwa- peristiwa yang tidak diinginkan selama membangun rumah. Upacara ini diikuti para anggota keluarga, tetangga, kerabat, dan sesepuh desa. Dalam prosesi ini biasanya tuan rumah menyediakan berbagai hidangan dengan uba rampe dan lauk pauk lengkap. Selain itu, ada juga sesaji yang diletakkan pada atas rumah. Sesaji ini antara lain pisang raja satu tandan, tebu, padi, kelapa, bendera warna merah, dan selendang.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka muncul berbagai masalah yang peneliti rumuskan sebagai berikut :
1.      Bagaimana bentuk dan prosesi acara slametan membangun rumah di desa Plaosan4 kecamatan Purworejo kabupaten Purworejo?
2.      Apa saja perlengkapan acara slametan membangun rumah di desa Plaosan4 kecamatan Purworejo kabupaten Purworejo?
3.      Apa fungsi dari acara slametan membangun rumah di desa Plaosan4 kecamatan Purworejo kabupaten Purworejo

C.     Identifikasi Masalah
Masalah – masalah yang muncul peneliti identifikasikan sebagai berikut :
1.      Perhitungan hari ( petungan ) mengenai pembangunan rumah menurut orang Jawa
2.      Pelaksanaan acara slametan membangun rumah di desa Plaosan4 kecamatan Purworejo kabupaten Purworejo
3.      Fungsi acara slametan membangun rumah di desa Plaosan4 kecamatan Purworejo kabupaten Purworejo
4.      Rangkaian kegiatan ( prosesi ) acara slametan membangun rumah di desa Plaosan4 kecamatan Purworejo kabupaten Purworejo

D.    Tujuan Penelitian
Tujuan dari acara slametan membangun rumah di desa Plaosan4 kecamatan Purworejo kabupaten Purworejo antara lain :
1.      Mendeskripsikan bagaimana bentuk dan prosesi acara slametan membangun rumah di desa Plaosan4 kecamatan Purworejo kabupaten Purworejo?
2.      Mendeskripsikan perlengkapan yang diperlukan dalam acara slametan membangun rumah di desa Plaosan4 kecamatan Purworejo kabupaten Purworejo?
3.      Mendeskripsikan fungsi dari acara slametan membangun rumah di desa Plaosan4 kecamatan Purworejo kabupaten Purworejo

E.     Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang peneliti harapkan dari penelitian ini secara teoretis yaitu menambah ilmu pengetahuan atau wawasan tentang kebudayaan Jawa, menambah pengalaman tentang tradisi yang ada dalam masyarakat jawa serta sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang budaya Jawa. Sedangkan manfaat secara praktis yang diharapkan ialah sebagai bahan pembelajaran budaya Jawa, mengetahui tata cara atau prosesi budaya Jawa, mengambil nilai-nilai pendidikan yang ada dalam budaya Jawa dan sebagai salah satu sarana mempublikasikan budaya Jawa.
























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS


A.    Tinjauan Pustaka
Pada penelitian yang terdahulu menganalisis tentang budaya jawa, peneliti tersebut adalah sebagai berikut :
Endang Istiyanah ( 2010 ) dalam penelitiannya yang berjudul “ Tradisi Kliwonan di Kabupaten Batang”. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu : (1) bagaimana bentuk tradisi Kliwonan di Kabupaten Batang , (2) fungsi apakah yang dapat diambil dari tradisi Kliwonan di Kabupaten Batang,  (3) bagaimanakah persepsi masyarakat terhadap tradisi Kliwonan di Kabupaten Batang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) bentuk tradisi kliwonan di masyarakat yaitu tradisi memulai ( memuliakan) tradisi nyekar, tradisi pasar malam di Alun-alun Batang, tradisi mandi di Masjid Jami’, dan upacara membuang pakaian di masjid Jami. (2) fungsi yang dapat diambil dari tradisi kliwonan adalah fungsi religi, fungsi pendidikan, fungsi sosial budaya, fungsi ekonomi, serta fungsi pengembangan budaya, ( 3) persepsi masyarakat terhadap tradisi kliwonan yaitu persepsi terhadap keyakinan, persepsi partisipasi sosial dan persepsi bidang ekonomi.
            Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh  Endang Istiyanah dengan Tradisi Slametan Membangun Rumah di Desa Plaosan Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo adalah ritual yang dilaksanakan serta lokasi penelitian yang berbeda. Sedangkan persamaanya terletak pada pendekatan yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan pendekatan foklor.
                                    Agung Pamuji ( 2010 ) dalam penelitiannya yang berjudul “ Nilai Pendidikan dalam Tradisi Wiwit Padi di Desa Mudal Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo “ mengfokuskan penelitiannya pada (1) cerita asal-usul Desa Mudal, (2) pelaksanaan tradisi wiwit padi, (3) manfaat tradisi wiwit padi bagi petani desa Mudal kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo (4) rangkaian kegiatan tradisi wiwit padi bagi petani Desa Mudal  kecamatan Purworejo kabupaten Purworejo.Sedangkan dalam penelitian ini mengfokuskan pada bentuk dan prosesi slametan membangun rumah di Desa Plaosan kecamatan purworejo kabupaten Purworejo, perlengkapan dan fungsi dari slametan membangun rumah di Desa Plaosan kecamatan Purworejo kabupaten Purworejo.

B.     Kajian Teoretis
1.      Kebudayaan
Pengertian kebudayaan awalnya dari kata Yunani “ colore , culture, dalam bahasa Inggris disebut culture ( kebudayaaan ) yang berbeda dengan kata civilisation ( peradaban ). Di Jerman istilah civilisation berarti peradaban lahir, yaitu kata pergaulan yang halus, teknik dan organisasi masyarakata yang tinggi derajatnya, sistem hukum yang teratur baik. sedangkan kebudyaan ( culture) merupakan peradaban batin, yaitu kehalusan budi, keluhuran ( ilmu) batiniyah, ketinggian perkembangan ilmu pengetahuan dan kesenian. ( Imam Sutrajo, 2008 : 10 )
Cliffort Gertz berpendapat bahwa kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini kebenarannya oleh orang yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaan – perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. hal ini bisa terjadi katena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral, yang sumbernya adalah pandangan hidup dan etos atau sistem yang dipunyai oleh setiap manusia.
            ( Imam Sutarjo, 2008 : 11-12)
                                    Koentjaraningrat dalam buku Kajian Budaya Jawa ( 2008) berpendapat bahwa budaya berasal dari kata “ buddhayah ( sansekerta) bentuk jamak dari buddhi / akal. jadi kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Keseluruhan isi serta kemampuan alam piiran dan alam jiwa manusia  dalam hal menanggapi lingkungannya disebut metalitet tidak terlepas dari hubungannya dengan sistem nilai budaya. Kebudayaan meliputi gagasan-gagasan, cara berfikir, ide-ide yang menghasilkan norma-norma, adat-istiadat, hukum dan kebiasaan-kebiasaan yang merupakan pedoman bagi tingkah laku dalam masyarakat. Tingkat yang lebih tinggi dan paling abstrak dari adat-istiadat adalah sistem nilai budaya, karena sistem niali budaya merupakan konsep yang hidup dalam alam pikiran ( sebagian) masyarakat. sitem nilai budaya tidak saja berfungsi sebagai pedoman tetapi juga sebagai pendorong kelakuan manusia dalam hidup. ( Imam Sutarjo, 2011 : 12 )
2.      Foklor
Foklor merupakan wujud budaya yang diturunkan dan atau diwariskan secara turun- temurun secara lisan ( oral ). Dalam pandangan Archer  Taylor ( Danandjaya, 2003 : 31) dalam buku Foklor Jawa , foklor adalah bahan-bahan yang diwariskan oleh tradisi, baik melalui kata-kata dari mulut ke mulut maupun dari praktik adat-istiadat. Tegasnya, foklor merupakan bagian dari kebudayaan yang bersifat tradisional, tidak resmi ( unofficial ), dan noninstitusional.
2.1               Bentuk, Fungsi dan Ciri Foklor
a.       Bentuk Foklor
James Danandjaja ( hal 21 dst ) menyatakan bahwa foklor mempunyai tiga kelompok besar, yaitu : foklor lisan, folklor bukan lisan dan foklor sebagian lisan.
1)        Foklor lisan adalah foklor yang bentuknya memang murni lisan. Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah:
1.               bahasa rakyat seperti logat, julukan dan sebagainya
ungkapan tradisional, seperti peribahasa , pepatah, pemeo
2.               pertanyaan tradisional seperti teka-teki
3.               puisi rakyat, seperti pantun, gurindam, syair
4.               cerita prosa seperti mite, legenda, dongeng
5.               nyanyian rakyat
2)        Foklor sebagian lisan, adalah foklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan, misalnya kepercayaan rakyat, permainan rakyat, teater, tarian, adat-istiadat, upacara, pesta, batu permata dan sebagainya.
3)        Foklor bukan lisan, adalah foklor yang bentuknya bukan lisan walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan, kelompok ini dibagi menjadi dua :
1.         material, seperti : arsitek rakyat, kerajian tangan, pakaian, perhiasan, masakan, minuman, obat tradisi.
2.         bukan material, seperti : musik rakyat, gerak isyarat tradisional, bunyi isyarat komunikasi rakyat , dan sebagainya.
b.      Fungsi Foklor
Adapun fungsi foklor ada empat ( James Danandjaja , hal 19 ) yaitu :
1.      sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif,
2.      sebagai alat pengesahan pranata dan lembaga kebudayaan
3.      sebagai alat pendidikan anak
4.      sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma masyarakat dipatuhi ( Sardanto Cokrowinoto, 1986 : 4 )
c.       Ciri – ciri Foklor
Menurut Suwardi Endraswara dalam buku foklor Jawa ( 2010 : 6 ) ciri – ciri foklor adalah sebagai berikut :
1.         disebarkan secara lisan, artinya dari mulut ke mulut, dari orang satu ke orang lain dan secara alamiah tanpa paksaan
2.         nilai-nilai tradisi jawa amat menonjol dalam foklor.tradisi ditandai dengan keberulangan atau yang telah menjadi kebiasaan.
3.      dapat bervariasi antara satu wilayah, namun hakikatnya sama. Variasi disebabkan keragaman bahasa, bentuk, dan keinginan masing-masing wilayah.
4.      Pencipta dan perancang foklor tidak jelas siapa dan darimana asalnya.
5.      Cenderung memiliki formula atau rumus yang tetap dan ada yang lentur.
6.      mempunyai kegunaan bagi pendukung atau kolektiva jawa.
7.      kadang- kadang mencerminkan hal-hal yang bersifat pralogis
8.      menjadi milik bersama dan tanggung jawab bersama
9.      mempunyai sifat polos dan spontan

3.        Slametan
Slametan adalah upacara sedekah makanan dan doa bersama yang bertujuan untuk memohon keselamatan dan ketentraman untuk ahli keluarga yang menyelenggarakan. Orang jawa meyakini bahwa slametan adalah syarat spiritual yang wajib dan jika dilanggar akan mendapatkan ketidakberkahan atau kecelakaan.
               Dalam pembangunan rumah, selain slametan dikenal juga istilah kenduren. Kenduren adalah upacara sedekah makanan karena seseorang telah memperoleh anugerah atau kesuksesan sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Acara kenduren bersifat personal. Undangan biasanya terdiri dari kerabat, kawan sejawat, dan tetangga. Mereka berkumpul untuk  erbagi suka, suasananya santai sambil membicarakan tauladan yang bisa ditiru misalnya kenaikan pangkat, lulus ujian, terpilih untuk mengemban amanat jabatan dasn sukses-sukses lain yang perlu dan pantas ditiru.
( Purwadi dan Djoko Dwiyanto, 2006 : 299 )

4.        Sambatan
Dalam masyarakat dikenal adanya tolong menolong secara kolektif yang disebut dengan sambatan. Sambatan merupakan suatu sistem gotong royong  di kampung dengan cara menggerakkan tenaga kerja secara masal yang berasal dari warga kampung itu sendiri untuk membantu keluarga yang sedang tertimpa musibah atau sedang mengerjakan sesuatu, seperti membangun rumah, menanam serta memanen padi dan menyelenggarakan pesta pernikahan.
Sambatan dilakukan oleh warga kampung dengan sukarela tanpa mengharapkan upah atas pekerjaaannya itu karena didasari oleh asas principle of reciprocity, yaitu siapa yang membantu tetangganya yang membutuhkan maka suatu saat pasti ia akan dibantu ketika sedang membutuhkan. Selain itu sambatan juga dilandasi oleh falsafah hidup sapa nandur kabecikan, mesti bakal ngunduh (siapa menanam kebaikan pasti akan memetik hasilnya).
Dalam perkembangannya, menurut Koentjaraningrat, terdapat pergeseran sistem gotong royong dengan sambatan menjadi sistem upah. Dalam bidang pertanian nampak jelas terjadi pergeseran itu. Sekarang ini warga masyarakat  yang terlibat dalam tandur (menanam padi) dan derep (memanen padi) diberi upah oleh pemilik atau petani penggarap sawah. Pergeseran sistem sambatan dalam pertanian tidak terlepas dari tuntutan hidup di zaman moderen ini, di mana lapangan kerja semakin sempit dan kebutuhan hidup makin tinggi. Warga masyarakat yang dulunya murni bergotong royong menggarap sawah  kini menjadikan sawah sebagai lapangan pekerjaan. Warga yang terlibat dalam menggarap sawah  itu disebut dengan buruh tani. Sebenarnya tidak hanya terjadi di bidang pertanian saja perubahan sistem sambatan. Dalam membangun rumah misalnya kini jarang sekali warga yang membangun dengan sambatan. Sewaktu membangun rumah, sekarang ini biasanya diserahkan kepada tukang atau orang yang memiliki pengalaman dalam membangun rumah. Maka muncullah istilah tukang kayu, tukang batu dan laden tukang (pembantu atau asisten tukang). Tukang kayu adalah orang yang diupah untuk menangani konstruksi bangunan dengan bahan kayu. Tukang batu khusus menangani konstruksi yang berbahan batu bata. Adakalanya tukang batu merangkap menjadi tukang kayu atau sebaliknya. Adapun laden tukang biasanya membantu tugas secara umum dari tukang kayu dan tukang batu. Masing-masing tukang itu saling melengkapi satu sama lain dalam pekerjaan membangun rumah.


















BAB III
METODE PENELITIAN


A.    Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah Desa Plaosan Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo kurang lebih 500 meter dari kampus Universitas Muhammadiyah Purworejo. Penelitian ini lebih menitikberatkan pada prosesi slametan sambatan membangun rumah.

B.     Penentuan Informan
Untuk menentukan informan digunakan konsep Spradley ( 1997 : 61) dan Benard ,1994 : 166 ) yang prinsipnya menghendaki seorang informan itu harus paham terhadap budaya yang dibutuhkan ( Suwardi Endraswara, 2006 : 203 ).
Dalam penelitian slametan membangun rumah ini peneliti memilih informan-informan yang cukup mengerti akan upacara tradisi slametan membangun rumah. Para informan tersebut yaitu pemilik rumah (Sumarsono), pekerja (Sumino, Yadi) , tetangga dekat (Wijo)
.
C.     Teknik Pengumpulan Data
1.      Teknik wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.( Esti Ismawati, 2011 : 97 ).
      Peneliti sebelum mengumpulkan data di lapangan dengan teknik wawancara, sebaiknya menyusun daftar pertanyaan sebagai pedoman di lapangan. Namun daftar pertanyaaan bukanlah sesuatu yang bersifat ketat, dapat mengalami perubahan sesuai kondisi di lapangan ( dalam Suwardi Endraswara, 2006 : 151 ).
      Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap pemilik rumah, tetangga rumah dan pekerja ( tukang ). Adapun daftar poko pertanyaan ialah mengenai prosesi , makna simbolik serta fungsi dari slametan sambatan rumah.
      Adapun teknik wawancara yang digunakan ialah wawancara semi terstruktur. Dalam semi terstruktur, meskipun interview sudah diarahkan oleh sejumlah daftar pertanyaan tidak tertutup kemungkinan memunculkan pertanyaan baru yang idenya muncul secara spontan sesuai dengan konteks pembicaraan yang dilakukan. ( Mayaeni, 2005 : 70 ).
2.      Teknik Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera manusia yakni melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Ini yang dinamakan observasi langsung. Didalam penelitian, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara dan sebagainya. ( Esti Ismawati, 2011 : 98 )
3.      Teknik Dokumentasi
Dokumentasi adalah alat pengumpulan data denagn cara menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan –peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. ( Esti Ismawati, 2011 : 99 )
Adapun alat untuk mendokumentasi dalam penelitian ini ialah menggunakan :
a.         Foto kegiatan yang dapat memberikan gambaran atau visual yang mewakili tentang proses upacara ( slametan ) sambatan membangun rumah.
b.        Catatan wawancara maupun analisis data



D.    Sumber Data dan Data
Sumber data yang digunakan dalm penelitian ini yaitu masyarakat Desa plaosan Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo, buku-buku yang berkaitan dengan masalah kebudayaan.
Sumber- sumber ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam penelitian ini demi memperoleh data –data yang penulis butuhkan.

E.     Teknik Analisis Data
Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap berikutnya yang harus dimasuki adalah tahap analisa. Ini adalah tahap yang penting dan menentukan. Pada tahap inilah data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan yang dapat diajukan dalam penelitian. (  Koentjaraningrat, 1983 : 328 ).
Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengumpulkan, mengurutkan, menjabarkan serta mengelompokkan data dengan alur penelitian yang digunakan sebagai berikut :
a.         Melakukan pengamatan serta pendokumentasian terhadap prosesi tradisi slametan membangun rumah.
b.         Wawancara terhadap informan yang terlibat dalam tradisi slametan membangun rumah,seperti pemilik rumah, tukang dan sebagainya.
c.         Pembuatan catatan lapangan, yaitu segala sesuatu yang diamati , didengar, yang relevan dengan penelitian yang dicatat. Hal- hal yang dicatat adalah bagaimana pelaksanaan upacara slametan ( selamatan)  membangun rumah, pencatatan tentang berbagai macam sesaji, uba rampe dan makna simboliknya.
d.        Penulisan etnografi, yaitu laporan hasil penelitian atau penulisan etnografi dibuat sebaik mungkin dan selektif mugkin dan menyampaikan makna budaya yang telah ditemukan dalam upacara tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Endraswara, Suwardi. 2010. Foklor Jawa. Jakarta : Penaku
Geertz, Cliffort. 1989. Abangan , Santri, Priyayi Dalam masyarakat Jawa. Jakarta
: Pustaka Jaya.
Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta : Yuma Pustaka.
Koentjaraningrat. 1983. Metode- metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT Gramedia.
Purwadi dan Dwiyanto, Djoko. 2006. Filsafat Jawa. Yogyakarta : Panji Pustaka.
Sutarjo, Imam. 2008. Kajian Budaya Jawa. Surakarta : Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

















\